CARA SEHAT | Dokter spesialis Anak dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dr. Endah Citraresmi, Sp.A(K), menjelaskan bahwa munculnya ruam atau bercak merah di area tungkai bawah dapat menjadi salah satu indikasi adanya radang pada pembuluh darah kecil, yang dikenal sebagai vaskulitis immunoglobulin A (IgAV). Ini merupakan salah satu kondisi autoimun yang paling umum dijumpai pada anak-anak.
Penyakit autoimun terjadi ketika sistem kekebalan tubuh yang seharusnya berfungsi melindungi tubuh dari infeksi atau kuman berbahaya justru menyerang sel-sel, jaringan, dan organ yang sehat. Kondisi autoimun ini dapat mempengaruhi berbagai organ atau sistem organ dalam tubuh manusia, termasuk juga sistem pembuluh darah.
“Kriteria diagnosis Henoch Schonlein Purpura (HSP) (nama lain dari vaskulitis IgAV) adalah wajib ditemukan purpura atau bercak merah. Apa bedanya sama biduran dan digigit nyamuk? Purpura itu kalau kita tekan dia tidak hilang. Purpura pada HSP dominannya di tungkai bawah,” kata Endah dalam webinar dilansir Antara, Selasa.
Dalam diagnosis radang pembuluh darah kecil, selain kemunculan ruam atau bercak merah di area tungkai bawah, terdapat sejumlah kriteria lainnya yang harus diperhatikan. Menurut Endah, salah satu indikator penting adalah adanya radang sendi (arthritis) dan nyeri sendi (arthralgia), yang biasanya disertai dengan pembengkakan pada pergelangan tangan atau lutut.
Selain itu, sakit perut yang bersifat difus juga menjadi tanda yang mengarah pada radang pembuluh darah kecil. Kondisi ini dapat disebabkan oleh peradangan pembuluh darah di sekitar area perut.
Endah menjelaskan bahwa beberapa anak yang menderita vaskulitis IgAV atau HSP mungkin mengalami gejala awal berupa sakit perut difus tanpa diiringi oleh bercak merah pada tungkai bawah. Meskipun gejala-gejala yang berkaitan dengan radang pembuluh darah kecil ini cukup mudah untuk diidentifikasi, urutan kemunculan gejala tersebut sering kali tidak konsisten, sehingga menyebabkan keterlambatan dalam diagnosis.
“Tidak jarang datang ke kami sudah dioperasi, karena dokter sebelumnya tidak tahu penyebab sakit perut yang dialami anak. Ada yang sampai sakit perut hebat, sampai peradangan di perut, sehingga harus dioperasi. Kemudian, baru purpuranya keluar. Sehingga saat itu baru kami bisa tahu, ternyata ini adalah HSP,” kata Endah.
Selain itu, gejala radang pembuluh darah kecil juga kerap melibatkan tanda-tanda fungsi ginjal yang tidak berjalan dengan normal, seperti kandungan protein tinggi dalam urine (proteinuria) atau darah dalam urine (hematuria).
“Kami juga harus periksa urine, memastikan apakah ada protein yang bocor atau ada darah yang bocor. Atau kalau kulitnya dibiopsi atau ginjalnya dibiopsi, kita bisa ketemu gambaran patologi, yaitu ada pengendapan dari IgA,” kata dia.
Endah mengemukakan, penyakit autoimun memiliki jenis yang beragam. Selain radang pembuluh darah kecil, ada dua autoimun lain yang sering dijumpai pada anak yaitu radang sendi karena autoimun pada anak atau juvenile idiopathic arthritis (JIA) serta systemic lupus erythematosus (SLE) atau disingkat lupus.
Secara umum, ujar dia, mayoritas penyakit autoimun tidak mudah untuk didiagnosis. Selain wawancara atau anamesis dan selalu melakukan pemeriksaan fisik, dokter seringkali harus melakukan pemeriksaan laboratorium.
“Pemeriksaan laboratorium ini ada yang untuk mendiagnosis, contohnya ANA atau antibodi spesifik, ini untuk lupus misalnya. Juga untuk melihat tingkat kerusakan organ, atau organ apa yang sudah terlibat. Kami akan periksa fungsi hati, fungsi ginjal, periksa hematologi,” kata Endah.
Proses diagnosis untuk penyakit autoimun juga kerap membutuhkan pemeriksaan radiologi atau pencitraan seperti rontgent, CT scan, MRI, USG, atau ekokardiografi. Endah pun menegaskan pentingnya diagnosis dini sehingga diharapkan bisa mencegah komplikasi lebih lanjut.[]